Selasa, 15 November 2016.
Fajar datang di ufuk Timur.
Matahari perlahan memunculkan sinarnya dari balik pegunungan hijau. Ayam
berkokok pertanda sudah waktunya para warga untuk bangun. Warga pun bersiap-siap
untuk memulai aktifitasnya. Setelah matahari sudah agak timbul, suasana di luar
rumah warga berubah menjadi ramai. Bapak-bapak ada yang sedang mencangkul sawah
dan ada yang membawa ikatan padi dengan bambu, sedangkan ibu-ibu terlihat
sibuk menumbuk padi dan anak-anak berangkat ke sekolah. Tampak seorang pria keluar
dari Imah Gede, kediaman utama para pemimpin adat Kasepuhan Ciptagelar, sembari tersenyum melihat aktivitas warganya. Pria tersebut
adalah Abah Ugi Sugriwa Rakasiwi, sang kepala adat.
Tidak jauh dari Imah
Gede, ada sebuah rumah warga yang terlihat sederhana dari luar. Tapi jika
dilihat lebih seksama, ada beberapa motor yang diparkirkan di rumahnya dan di
atas genteng rumah tersebut terdapat antena serta parabola. Sang pemilik rumah
dan keluarganya sedang menonton TV di dalam dengan hikmatnya. Mereka menonton
saluran CIGA TV. Raut wajah mereka terlihat sangat senang ketika menonton. Di
sini lah keunikan desa indah ini.
![]() |
Warga terlihat sedang menonton CIGA TV di rumah |
Masyarakat adat identik
dengan “kuno” dan “terbelakang”. Namun, pada kenyataannya hal tersebut justru
sangat bertolak belakang dengan kondisi yang ada di Kasepuhan Ciptagelar,
sebuah kampung adat yang terletak di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Arus modernisasi yang begitu cepat telah masuk ke dalam
Ibukota Kesatuan Adat Banten Kidul ini.
Tak banyak orang yang
tahu, tapi Ciptagelar memiliki televisi dan radio sendiri. Di tahun 2004, kepala
adat mereka, Abah Ugi, merakit sendiri sebuah radio sederhana dengan barang bekas
rongsokan elektronik dari kota. Radio tersebut dinamakan RSC FM atau Radio
Swara Ciptagelar, namun sudah tidak aktif selama bertahun-tahun karena kekurangan
tenaga pekerja. Kemudian di tahun 2008, terciptalah CIGA TV atau dalam bahasa
Sunda memiliki arti “seperti televisi”.
Abah Ugi bercerita,
bahwa salah satu alasan ia mendirikan CIGA TV dan RSC FM adalah karena rasa
rindunya akan rumah ketika merantau ke Kota Sukabumi guna mengemban ilmu. Menurut
Abah Ugi, ia merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang-tuanya sehingga
ia mencari cara untuk membuat suatu alat yang nantinya akan diterapkan di desanya sebagai
alat media komunikasi.
“Abah mengusulkan ke
almarhum ayah abah, pak kalau saya boleh bikin media komunikasi boleh nggak?”
Tutur Abah Ugi, memulai cerita alasan dibalik ia membangun RSC FM dan CIGA TV.
“Kata ayah abah
silahkan, dengan satu catatan, modal kamu cari sendiri. Ya abah mencari modal
dari beberapa teman dan sebagainya selain dari ya alat-alat yang rusak, abah
kumpulin, abah rakit waktu itu, abah membuat satu pemancar FM waktu itu untuk
radio komunikasi antar warga.” Ungkapnya.
CIGA TV sendiri hingga
saat ini diurus oleh juru bicara kasepuhan, Yoyo Yogasmana atau akrab dipanggil
Kang Yoyo. Rumah Kang Yoyo sendiri digunakan sebagai kantor CIGA TV dan dapur editing televisi adat tersebut.
![]() |
Yoyo Yogasmana, Juru Bicara Kasepuhan |
Kang Yoyo mengaku, proses pembuatan CIGA TV pun sangat sederhana, tidak seperti yang orang-orang bayangkan. Dimulai dari hasil memungut dari rongsokan elektronik audio dan video yang digabungkan, kemudian dimasukan ke alat transmisi ke pengaturan transmisi kemudian balancing, coloring dan sebagainya masuk ke transmitter, keluar lewat antena dan itu memancar seperti TV.
“Makanya namanya jadi
CIGA TV. Mirip TV, kenapa mirip TV? Karena CIGA TV ini ya bukan TV beneran ya.
Cuman mirip TV aja” Ujar Kang Yoyo.
![]() |
Abah sedang sibuk merakit beberapa peralatan elektronik miliknya |
Di Kasepuhan Ciptagelar
sendiri pun, CIGA TV sangat dicintai oleh penduduk. Faktor utamanya adalah
karena tayangan yang disiarkan. Mulai dari dokumentasi keseharian warga, kegiatan
mereka saat bekerja, persiapan upacara adat, hingga kehidupan Abah Ugi sang
kepala adat. Untuk hiburannya sendiri, ada liputan dangdut, angklung, dan Pop
Sunda. Dengan jumlah presentase 70% aktivitas adat dan 30% hiburan. Semuanya
murni bertujuan untuk melestarikan budaya dan tradisi yang ada. Kang Yoyo juga
mengatakan bahwa pendidikan visual lewat televisi diharapkan dapat melaksanakan
tatanan terutama pertanian, yang merupakan mata pencaharian utama di Ciptagelar.
Selain Kang Yoyo, ada
satu orang lagi yang membantu mengoperasikan CIGA TV. Dia adalah murid dari
Kang Yoyo, sekaligus cameraman CIGA
TV, Junen. Di usianya yang masih 17 tahun, Junen sudah berpengalaman dalam
membantu Kang Yoyo meliput banyak hal untuk CIGA TV.
![]() |
Junen, Cameraman CIGA TV |
“Kalo dulu ngikutin sama yang udah bisa, kalo udah itu dikasih satu kamera buat belajar. Ari yang kecil sampe pegang yang DSLR. Kalo disini Junen diajarin setting kameranya, ganti lensanya, ngurus kameranya. Paling seneng belajar nge-drone.” Ungkap Junen dengan semangat ketika ditanya tentang pekerjaannya sebagai cameraman di CIGA TV.
Semua alat yang
digunakan untuk CIGA TV mulai dari MacBook, kamera DSLR, tripod, drone, dan
lain sebagainya, adalah barang pribadi Abah Ugi dan terkadang mendapat
sumbangan dari para pendatang/orang luar yang ingin membantu memajukan
teknologi di kampung adat Ciptagelar.
Dengan harapan dan
cita-cita yang besar, Abah Ugi beserta pengurus CIGA TV menginginkan kemajuan
CIGA TV sebagai bukti bahwa nilai dan tradisi adat mampu berjalan selaras dengan
perkembangan teknologi.
Link Download Film KAMU GA KUAT BIAR AKU AJA SUPER HD 2018
BalasHapus