Rabu, 04 Januari 2017

Pertemuan Tak Disengaja, Awal Karier Sang Investor Besar Malaysia



Bagi kalangan pengusaha di Malaysia, siapa yang tidak kenal Gerard Teoh? Seorang investor asal Kuala Lumpur yang memiliki sebuah perusahaan konsultan bernama Crave Capital. Meskipun Gerard kini berkecimpung di dunia Bisnis dan Kewirausahaan, ia merupakan lulusan Sarjana Hukum di Universitas Leicester, Inggris.

Gerard telah menjadi bagian dari tim anggota pendiri start-up teknologi di kawasan Asia Pasifik dan telah mengumpulkan lebih dari US$90 juta, termasuk Lestertech Technology (Keamanan internet di Malaysia), 2bSure.com (Pesan e-mail di Singapura) dan NetCel360 (Layanan Web AS dan Hongkong). Gerard menjadi penasihat perusahaan-perusahaan teknologi di pengembangan pasar Asia Pasifik termasuk NetScaler (US) dan Innovation Associates (Malaysia). Ia juga sempat menjadi analis investasi awal di Alibaba, sebuah perusahaan e-commerce terbesar di Cina.

Di balik hiruk pikuk kesuksesan hidupnya, Gerard berasal dari Taiping, Perak, sebuah kota kecil di Utara Malaysia. Kedua orang-tua Gerard membesarkan anak-anaknya dengan latar belakang pendidik, yang menurut Gerard sendiri turut memainkan peran besar dalam membentuk kariernya. Ibunya adalah guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, sedangkan ayahnya adalah guru Sekolah Menengah Atas.

Ketika Gerard mengemban pendidikan di Kuala Lumpur, ia mengaku sangat pemilih dalam berteman. Dia cenderung menghindari ikut bermain dan berkumpul dengan anak-anak dari kota besar yang memiliki gaya hidup yang boros. Bahkan saat melanjutkan program sarjana-nya di Universitas Leicester, Gerard mengaku menghabiskan waktu tiga hari seminggu bekerja sebagai bartender. “Selama masih berkuliah, gaya hidup saya berbeda dari gaya hidup konvensional mahasiswa pada umumnya. Karena untuk saya, kehidupan kampus juga termasuk melakukan kerja sambilan" Ungkap Gerard ketika diwawancarai.

Gerard yang kini memegang saham di beberapa start-up di kawasan Asia Pasifik, mengaku bahwa awal mula kariernya berasal dari "pertemuan" yang tak disengaja. Saat ditanya mengenai pengalamannya tersebut, Gerard tertawa kecil sambil menjawab, "Kisah tentang bagaimana saya bisa hingga seperti sekarang ini bisa dibilang lucu atau tidak biasa. Karena menunjukkan bahwa jalan yang kita semua ambil, tidak ada yang lurus."

Berawal dari permintaan tolong seorang teman perempuan untuk menemaninya menemui orang yang ingin menyewa apartemen milik temannya tersebut di Kuala Lumpur. Gerard menyanggupi permintaan tolong itu, karena dia tahu penyewa yang akan ditemui temannya adalah pria-pria. Setelah bertemu dan berbincang dengan para penyewa tersebut, ternyata mereka adalah investor dari Amerika. Mereka melihat potensi yang dimiliki Gerard dan mengajaknya untuk tidak terobsesi untuk menjadi pengacara di Malaysia dan mulai terjun ke dunia bisnis dan kewirausahaan.
"Kita dapat menemukan peluang di tempat yang berbeda, selama kita cukup berani untuk mengambil peluang tersebut" Ujarnya

Sifat Gerard yang ramah dan easy-going bisa dibilang menjadi faktor besar kemajuan karier bisnisnya. Menurut Gerard, ia tidak akan bisa sesukses sekarang jika tidak membuka diri untuk bertemu orang-orang baru, mengenal dan memahami bagaimana mereka berpikir. Seperti bagaimana orang Amerika lebih terus terang dalam berpendapat, bagaimana orang China sangat menghargai nilai budaya yang mereka miliki lebih dari apapun, serta bagaimana orang Inggris berpikir lebih maju ke depan. Lewat networking, kita bisa mengetahui cara kita dalam menjalankan dan melakukan bisnis.
"Jika saya mengatakan saya ingin bertemu Bill Gates, maka dalam kurun 2 tahun saya bertemu Bill Gates." Ucap Gerard. Baginya, tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup selama kita selalu berani mengambil tantangan.

Titik balik dalam hidup Gerard ada dua, yang pertama terjadi ketika ibunya didiagnosis dengan kanker di tahun 2004. Ia menjual semua yang ia miliki dalam perusahaan dan menghabiskan waktu satu tahun demi merawat ibunya. Di saat itu pula, ibu Gerard menasihatinya untuk berhenti bekerja di bawah orang lain dan memulai bisnisnya sendiri. Tiga bulan setelahnya, ibunya meninggal dunia. Namun pesan terakhir yang ditinggalkan oleh ibunya tetap ia camkan, dan dari situlah mulai terciptanya Crave Capital. Titik balik hidupnya yang kedua adalah ketika ia menginjak usia 37 tahun. Gerard terkena serangan jantung. Kejadian kali ini hampir merenggut nyawanya dan membuatnya koma selama 6 bulan.
"Lagi-lagi saya harus meninggalkan segalanya, kali ini bukan untuk mengurus Ibu saya, tapi untuk mengurus diri sendiri" Kenang Gerard.
Selama masa penyembuhannya, Gerard dibuat berpikir tentang hal-hal yang telah dia lakukan selama 20 tahun terakhir dalam berkarier dan menyadari apa yang ia kejar selama ini murni hanya untuk berbisnis. Gerard pun mulai mengubah diri dan menambahkan Filantropi sebagai bagian dari kehidupannya. Dia dengan semangat menjelaskan, "Saat ini, Crave Capital sudah menghabiskan 25% dari waktu kami untuk melakukan pekerjaan Filantropi di Asia."

Lewat pengalaman jatuh-bangunnya, Gerard belajar bahwa tidak ada yang namanya satu jalan yang benar. Dalam hidup, pasti ada banyak jalan dan kita bisa mengambil semua jalan itu. Yang terpenting adalah kita percaya bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak sesuatu, atau membuat perbedaan dalam hal tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar